Bela Negara, Ya atau Tidak?


Joko Widodo alias Jokowi sebagai Presiden Indonesia baru saja menggemparkan masyarakat Indonesia dengan wacana keberlangsungan Bela Negara yang menjadi perdebatan di kalangan masyarakat saat ini. Bela Negara sendiri merupakan program wajib militer yang ditujukan ke masyarakat luas seperti yang sedang berlangsung di Korea saat ini. Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Bela Negara adalah TNI sebagai aktor yang memberikan kaderisasi bagi peserta. Mekanisme Bela Negara masih belum jelas dan belum sepenuhnya terancang, namun esensi yang diinginkan dari Bela Negara adalah sikap nasionalisme yang terbentuk melalui pelatihan selama 1 bulan. Jokowi merasa bahwa Bela Negara merupakan cara terbaik untuk mencapai sikap tersebut karena perilaku masyarakat Indonesia saat ini sudah terlalu acuh tak acuh dan terlalu kebarat-baratan. Program ini merupakan tindakan kecil yang bisa dilakukan oleh Jokowi untuk mengantisipasi permasalahan tersebut dibandingkan dengan membiarkan itu terus terjadi.

Sejumlah besar masyarakat merasa bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh Jokowi sangat vital dan perlu ditangani secepat mungkin. Masyarakat merasa bahwa edukasi di sekolah atau kampus seperti PKN tidak cukup karena pembelajaran yang diberikan hanya bersifat teoritis. Masyarakat merasa bahwa pelaksanaan Bela Negara memberikan pembelajaran yang dapat dirasakan secara nyata karena dilakukan langsung oleh peserta yang terlibat. Peserta bisa bertemu dengan berbagai macam peserta lain yang berasal dari suku, ras, dan agama yang berbeda-beda juga. Pertemuan tersebut menjadi awal bagi para peserta untuk berinteraksi dan saling menceritakan latar belakang serta kisah hidup mereka masing-masing. Interaksi tersebut kelak menjadi fondasi bagi masyarakat untuk menumbuhkan rasa toleransi terhadap perbedaan yang merupakan poin besar dari Bhineka Tunggal Ika yang telah lama hilang dari jati diri bangsa. Bela Negara merupakan program yang paling efektif untuk membenahi kelunturan jiwa persaudaraan di Indonesia, sehingga perlu dilaksanakan dengan segera.

Namun, di sisi lain, banyak masyarakat menolak wacana Bela Negara karena masyarakat merasa bahwa hal tersebut mengambil kebebasan masyarakat untuk memilih (freedom of choice) yang menjadi nilai penting dalam demokrasi. Masyarakat memiliki hak asasi manusia yang tidak bisa diganggu gugat dan freedom of choice merupakan bagian dari hak asasi manusia. Namun, Bela Negara merupakan program yang bersifat wajib, sehingga masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk mengundurkan diri meskipun mereka memiliki prioritas lain yang perlu diselesaikan seperti bisnis dan edukasi. Masyarakat merasa bahwa masyarakat tidak boleh dipaksa dan hanya boleh ikut jika mereka menyetujui untuk ikut. Jikalau dipaksa, nilai nasionalisme sebagai esensi yang ingin diperoleh menjadi tidak tercapai karena keikutsertaan masyarakat hanya setengah hati dan bukan dari kesadaran diri mereka secara pribadi. Oleh sebab itu, masyarakat merasa bahwa nasionalisme tidak bisa dicapai melalui keterpaksaan. Masyarakat merasa bahwa nasionalisme merupakan sikap yang bisa dicapai melalui kebiasaan dalam jangka waktu yang tidak singkat. Nasionalisme bisa tumbuh pada diri masyarakat jika mereka bangga dengan Indonesia. Masyarakat akan merasa bangga jika pemerintah sebagai atasan bisa memberikan teladan yang baik. Teladan tersebut membuat masyarakat percaya dengan atasan dan negara mereka. Maka dari itu, pemerintah pun harus meninggalkan tindak KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) agar masyarakat bisa percaya dan bangga dengan negaranya yang bersih secara politik.

Sebagai masyarakat Indonesia, kita hanya bisa beropini mengenai pendirian kita tentang Bela Negara. Terlaksana atau tidak, kita sebagai masyarakat hanya bisa membuktikan kepada negara dan diri kita sendiri bahwa kita cinta dengan negara kita. Rasa cinta tanah air menjadi basis yang membuat kita lebih menerima perbedaan di negara kita dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan potensi negara dalam memasuki MEA dan TPP mendatang. Yang terpenting, kita harus sadar dengan peran kita sebagai masyarakat di Indonesia. Kita menjadi pengawas bagi diri kita sendiri dan pemerintahan. Maka dari itu, sangatlah penting bagi kita untuk terus melakukan check and balance untuk membenahi permasahan-permasalahan di negara ini.

Penulis : Gabe Dhiar Simorangkir (Undip)
Sumber Gambar : www.liputan6.com

Comments